Berikut pertanyaan yang ditujukan kepada Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah tentang hukum mengendarai mobil, dan perkara yang bisa muncul darinya bila dikendarai oleh wanita.
1. S: Apa hukum wanita yang Mengendarai mobil di Amerika? Wanita ini adalah seorang muslimah.
J: Jika wanita itu menutupi aurat dan tidak ada lelaki yang menunaikan keperluan untuk wanita itu, dan wanita itu menjaga diri serta aman dari fitnah, maka tidak mengapa hal itu.
Adapun jika dia diberi kesempatan untuk mengendarai mobil, dia pergi ke kekasihnya, atau tempat-tempat pelacuran, tempat-tempat yang rusak, maka ini tidak boleh.
(Tuhfatul Mujib hal. 71)
http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=4400
2. S: Apa hukum wanita mengendarai mobil? Dan apa pendapatmu yang mengqiyaskan hal itu dengan perempuan mengendarai unta?
J: Jika perempuan shalihah dan aman atasnya fitnah, kemudian dia keluar untuk urusan yang tidak bisa tidak… Kemana dia pergi? Seorang pengajar wanita pergi ke madrasah, ….. pergi ke madrasah, mempelajari kitab Allah dan Sunnah rasul-nya shallallaahu ‘alaihi wassalam, mempelajari yang dia butuhkan dari kedokteran.
Adapun ke sekolahan yang padanya ada ikhtilath (campur baur laki wanita), tabarruj (wanita bersolek berdandan), sufur (membuka wajah), maka demi Allah, Allah telah berfirman dalam Al-Quran yang mulia:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“Dan hendaklah kalian (istri-istri nabi) tetap di rumah kalian.” (Al-Ahzab: 33)
Jika wanita itu adalah wanita yang shalihah, yang dirasa aman atasnya fitnah, kemudian dia butuh untuk ke pasar maka tidak mengapa dan aku tidak mengetahui hal yang melarang dari hal ini.
Dan mobil itu adalah satu alat dari besi yang kami tidak bisa mengharamkannya.
Tetapi keumuman dari wanita mereka itu lemah akal dan agamanya, sebagaimana Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam:
“Tidaklah aku melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih menghilangkan akal seorang laki-laki yang teguh dibanding dari salah seorang diantara kalian para wanita.”
Demikian juga Nabi shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Tidaklah aku tinggalkan satu fitnah setelahku yang lebih berbahaya atas seorang laki-laki dibandingkan para wanita.”
Demikianlah wahai saudara-saudaraku, keumuman para wanita itu lemah. Dan mereka itu kadang membuat fitnah. Oleh karena itu Allah subhanahu wa taala dalam kitab-nya yang mulia berfirman:
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)
Syaikh Muhammad Al Amin As-Sinqithy rahimahullah berkata dalam tafsirnya: ayat ini meskipun konteksnya pada istri-istri nabi shallallaahu ‘alaihi wassalam tetapi berlaku secara umum dengan dalil illatnya, yaitu hal itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka.
Perempuan, yang lebih utama mereka tinggal di rumahnya. Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah bersabda: “Wanita itu aurat jika dia keluar, akan muncul padanya syaitan.” Maknanya setan berkata kepada wanita itu: Tidaklah engkau melewati seorangpun kecuali engkau bikin dia merasa kagum (denganmu). Setan membuatnya terfitnah.
Yang sepantasnya bagi wanita untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan untuk menetapi rumahnya. Tidak keluar kecuali untuk perkara dharuri. Seperti suaminya tidak ada, dipenjara, sedang sakit, atau telah meninggal, namun dia butuh untuk ke pasar (toko untuk membeli sesuatu), maka dia bisa keluar, baik dengan cara jalan kaki atau naik kendaraan.
Namun jika dia memegang mobil kemudian keluar ke kantor-kantor, campur baur laki-laki dan wanita, atau pergi ke rumah sakit, bercampur laki-laki dan wanita, atau pergi ke sekolahan bercampur dengan para pemuda. Ini fitnah, wajib atas perempuan itu untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Yang aku nasehatkan kepada para wanita agar dia tidak (bermudah-mudahan) keluar dari rumahnya dan tidak mengendarai mobil. Tapi untuk menyatakan haram kami tidak mampu untuk menghukuminya dengan haram. Kecuali jika berakibat dengan keluarnya wanita itu pada satu mafsadah (kerusakan). Namun umumnya hal itu akan membawa kepada mafsadah (kerusakan). Wallahul musta’an.
Aslinya:
ما حكم المرأة التي تقود السيارة في أمريكا وهي مسلمة؟
السؤال:ما حكم المرأة التي تقود السيارة في أمريكا وهي مسلمة؟
نص الإجابة:إن كانت متسترة وليس لها من يقوم بهذا، وتكون عفيفة، وآمنة من الفتنة فلا بأس بذلك. أما إذا كان يخشى أن تمكن من السيارة وتذهب إلى خلانها، وإلى أماكن الدعارة والفجور، فهذا أمر لا يجوز.
————–
راجع كتاب : ( تحفة المجيب ص 71 )
http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=4400
نص السؤال:
ماحكم سياقة المرأة للسيارة ومارأيكم بقياس ذلك بركوب المرأة للبعير ؟
نص الإجابة:
إذا كانت المرأة صالحة وأُمِنَتْ عليها الفتنة وتخرج لما لابُدّ منه أين تذهب ؟! تذهب إلى المدرسة ؟! المدرسة ، ما يجوز لها أن تذهب إلى المدرسة ، تتعلم كتاب الله وسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وتتعلم ما يحتاج إليه من الطب .
أما المدرسة التي فيها اختلاط وتبرّج وسفور فربُّ العزّة يقول في كتابه الكريم : ” وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ ”
المهم إذا كانت امرأة صالحة يُؤمن عليها من الفتنة ، واحتاجت شيئاً من السوق فلا بأس ، لا أعلم مانعاً من هذا ؛ فالسيارة آلة من الحديد لسنا نحرّم عليها هذا .
لكن الغالب على النساء أنهنّ ضعيفات عقل ودين كما قال النبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – : ” مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحازم من إحداكن ” ، وكما قال النبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – : ” ما تركتُ فتنة بعدي أضرّ على الرجال من النساء ” .
هكذا إخواني في الله فالغالب على النساء أنهن ضعيفات ، وأنهنّ ربما يُفتنَّ ، يقول الله سبحانه وتعالى : ” وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ ” .
يقول الشيخ محمد الأمين الشنقيطي رحمه الله تعالى في تفسيره : الآية وإن كانت في سياق نساء النبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – فإنها عامة بدليل التحريم وهو : ” ذلكم أطهر لقلوبكم وقلوبهن ” .
فالمرأة الأفضل لها أن تبقى في بيتها ، والنبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – يقول : ” المرأة عورة فإذا خرجت استشرفها الشيطان ” ، ومعنى : ” استشرفها الشيطان ” أنه يقول لها : إنك لا تمرين بأحد إلا أعجبتيه ، يفتنها وتفتنه هي نفسها .
فينبغي لها أن تتقي الله سبحانه وتعالى وأن تلزم بيتها ، ولا تخرج إلا لأمر ضروري ، كان زوجها غائباً أو مسجوناً أو مريضاً أو مات زوجها وتحتاج حاجة من السوق ، فتتستر وتخرج سواء مشت على رجليها ، أم ركبت في السيارة .
أما أن تأخذ سيارة وتذهب إلى الإدراة وتختلط بالرجال والنساء ، أو تذهب إلى المستشفى وتختلط بالرجال والنساء .
أو تذهب إلى المدرسة وتختلط بالشباب فهذه فتنة يجب عليها أن تتقي الله سبحانه وتعالى .
والذي أنصح به كل امرأة أنها ماتخرج من بيتها ولا تركب سيارة هذه نصيحتي ، لكن من حيث الحُرمة لا نستطيع أن نحكم بحُرمة إلا إذا ترتب على الخروج مفسدة ، والغالب أنه يترتب عليها مفسدة والله المُستعان .
Sumber: Ijabatus Sail hal. 401-402 atau http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=1589