Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin rahimahullah berkata:
“Oleh karena itu, pendapat yang kuat (rajih) tentang masalah ini, yaitu wajibnya meluruskan (meratakan) shaf salat. Dan jamaah jika mereka tidak meratakan (meluruskan) shaf, mereka berdosa. Inilah yang nampak dari pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Tetapi jika mereka menyelisihi dan tidak meluruskan shaf, apakah salatnya batal (tidak sah) karena mereka meninggalkan satu perkara yang wajib?
Jawabannya: Hal itu mungkin. Mungkin bisa dikatakan salat tersebut batal karena mereka meninggalkan satu perkara yang wajib. Tetapi juga mungkin salat itu tidak batal tetapi berdosa pelakunya. Ini yang lebih kuat.
Karena meratakan shaf itu wajib untuk menunaikan salat (wajib lish shalah) bukan wajib di dalam salat (wajib fish shalah). Maksudnya: hal itu diluar salat. Kewajiban untuk menunaikan salat itu, seorang berdosa jika meninggalkannya (dan tidak ada udzur yang membolehkannya) tetapi tidak membatalkan salat tersebut. Contohnya seperti adzan. Dia juga kewajiban untuk menunaikan salat, tetapi salat tidak akan batal jika ditinggalkan azan tersebut.
(Syarah Mumthi’ 3/10)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
“Menurut pendapat bahwasanya meratakan (meluruskan) shaf dalam salat itu adalah kewajiban, maka salat orang yang menyelisihi dan tidak meluruskan Shaf itu tetap sah (walaupun pelakunya berdosa bila tidak ada udzur dalam meninggalkannya). (Fathul Bari 2/210)
Terjemahan dari:
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :
“ولهذا كان القولُ الرَّاجحُ في هذه المسألة: وجوب تسوية الصَّفِّ، وأنَّ الجماعة إذا لم يسوُّوا الصَّفَّ فهم آثمون، وهذا هو ظاهر كلام شيخ الإِسلام ابن تيمية رحمه الله . لكن إذا خالفوا فلم يسوُّوا الصَّفَّ فهل تبطل صلاتهم؛ لأنهم تركوا أمراً واجباً؟
الجواب: فيه احتمالٌ، قد يُقال: إنها تبطل؛ لأنهم تركوا الواجب. ولكن احتمال عدم البطلان مع الإِثم أقوى؛ لأن التسويةَ واجبةٌ للصلاةِ لا واجبة فيها، يعني أنها خارج عن هيئتها، والواجبُ للصَّلاةِ يأثمُ الإِنسانُ بتَرْكِه، ولا تبطلُ الصَّلاةُ به، كالأذان مثلاً، فإنه واجبٌ للصَّلاةِ، ولا تبطل الصَّلاةُ بتَرْكِه” انتهى من الشرح الممتع (3/10).
قال الحافظ ابن حجر رحمه الله :
” ومع القول بأن التسوية واجبة فصلاة من خالف ولم يسو صحيحة ” انتهى .
“فتح الباري” (2 /210)