Berikut ini akan dibawakan dua (2) fatwa yang menjelaskan tentang hukum menyapih bayi yang masih menyusui kurang, atau lebih, atau tepat masa 2 tahun sempurna.
1. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah
Hukum Menyapih Anak Susuan Sebelum Sempurna 2 Tahun
S: Jika seorang wanita menyapih anaknya laki-laki atau perempuan padahal belum sempurna 2 tahun dari sisi penyusuan karena satu udzur kehamilan, apakah ada hukuman atasnya? Karena di negeri kami di Sudan ada perkataan yang menyatakan: “Seseorang anak lelaki disapih pada umur 17 bulan saja, demikian juga dengan anak wanita.” Mereka juga mengatakan: “Wanita jika hamil saat dia masih menyusui anaknya yang belum sempurna masa penyesuannya, haruslah membayar fidyah (tebusan) dengan seekor kambing karena anaknya belum sempurna penyusuannya.” Apa pendapatmu dalam hal ini?
J: tidak mengapa untuk menyapih sebelum 2 tahun jika maslahat menuntut hal itu setelah wanita itu mengajak musyawarah bapak anak tersebut, jika bapak anak tersebut masih ada. Berdasarkan firman Allah ta’ala:
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا
“Dan jika keduanya ingin menyapih dengan keridhaan dan musyawarah dari kedua orang tuanya, maka dosa atas keduanya.” (QS. Al-Baqarah: 233)
Maka mesti harus ada saling ridho dan musyawarah dari kedua orang tua. Jika keduanya ingin menyapih karena wanita tersebut hamil yang bisa jadi susu saat dia hamil itu membahayakan bagi anaknya yang sedang menyusu, atau karena susunya sedikit, atau karena wanita tersebut termudharatkan oleh penyusuan atau sebab yang lain maka tidak mengapa hal itu, jika kedua orang tuanya ridha atas hal demikian.
Adapun jika tanpa keridhaan keduanya maka tidak boleh. Tidak boleh wanita memutuskan sendirian, demikian juga dengan bapaknya. Harus ada keridhoan dari keduanya semuanya jika bapaknya masih ada.
Sedangkan fidyah dengan kambing atau lainnya maka itu tidak ada asalnya. Ini adalah bid’ah yang tidak ada asalnya.
Jika keduanya ridha untuk menyapih bayi tersebut maka tidak mengapa, meskipun bayi tersebut baru berumur 16 bulan, 1 tahun, atau kurang dari hal itu, jika keduanya saling ridha untuk menyapihnya, atau bayi tersebut bisa hidup dengan sesuatu yang lain maka tidak mengapa.
فطام الرضيع قبل تمام الحولين
إذا أفطمت المرأة ابنها أو ابنتها ولم يكملا العامين في الرضاعة لعذر حمل هل يكون عليها عقاب، حيث أن عندنا بعض أقوال أهلنا في السودان يقولون: الولد يفطم على سبعة عشر شهراً فقط والبنت كذلك، وأيضاً يقولوا: المرأة إذا أصبحت حاملاً على ابنها الذي لم يكمل رضاعته يقولون: لا بد أن تفدي بماعز؛ لأنه لم يكمل الرضاعة، فما رأيكم في هذا؟
لا حرج في فطام قبل السنتين إذا اقتضت المصلحة ذلك بعد التشاور مع أبيه إن كان أبوه موجوداً، لقوله سبحانه:فإن أَرَادَا فِصَالًا -يعني فطاماً- عن تراضٍ منهما وتشاور فلا جناح عليهما، فلا بد أن يكون عن تراضٍ من الأبوين وتشاور، فإذا فطما أنها حامل قد يضره لبن الحمل أو لأن لبنها قليل، أو لأنها يضرها الرضاع أو لأسبابٍ أخرى فلا بأس في ذلك إذا تراضيا على ذلك، أما بدون رضاهما فلا، لا تستقل به المرأة ولا الأب، لا بد من تراضيهما جميعاً إذا كان الأب موجوداً، أما الفدية بماعز أو غير ماعز فلا أصل له، هذه بدعة لا أصل لها، فإذا تراضيا على فطمه فلا بأس، ولو ابن ستة عشر شهر، أو ابن سنة أو أقل من ذلك إذا تراضيا على فطامه أو عاش بشيءٍ آخر فلا بأس.
http://www.binbaz.org.sa/noor/2943
2. Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah KSA
Mengakhirkan penyapihan bayi lebih dari 2 tahun
S: Penyusuan bayi lebih dari 2 tahun apakah hal itu diharamkan atau tidak haram?
J: Penyusuan adalah hak bagi (anak) bayi yang sedang disusui, harus diberikan pada bayi tersebut untuk kemaslahatan bayi tersebut. Penyusuan ini bagi anak kecil seperti nafkah bagi orang besar. Sedangkan masa penyusuan yang sempurna itu 2 tahun secara lengkap. Berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah: 233)
Dan boleh penyusuan kurang dari hal itu, berdasarkan firman Allah ta’ala:
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا
“Dan jika keduanya ingin menyapih dengan keridhaan dan musyawarah dari kedua orang tuanya, maka dosa atas keduanya.” (QS. Al-Baqarah: 233)
Tetapi pengurangan dari masa penyusuan ini disyaratkan dengan keridhaan dan musyawarah kedua orang tuanya, untuk mengetahui tidak adanya perkara yang memudharatkan si bayi bila nantinya masa penyusuannya kurang dari 2 tahun berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain.”
Jika telah diketahui bahwa penyusuan adalah hak bayi yang disusui dan untuk kemaslahatannya dan bahwa tidak boleh untuk menyapihnya sebelum 2 tahun jika berakibat memudharatkan bayi tersebut, maka demikian pula boleh bagi ibu tersebut untuk melanjutkan penyusuan anaknya setelah lebih dari 2 tahun jika memang untuk kemaslahatan bayi tersebut dan menolak mudharat darinya.
Ibnul Qayyim rahimahullah taala dalam kitabnya Tuhfatul Maudud Fi Ahkamil Maulud berkata: “Boleh seorang ibu melanjutkan penyusuannya setelah 2 tahun sampai 2 setengah tahun atau lebih.”
(Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Shalih Al-Fauzan, Abdul Aziz Alusy Syaikh, Bakr Abu Zaid, Abdullah bin Ghudyan)
الفتوى رقم ( 16679 )س: إرضاع الطفل أكثر من سنتين هل محرم أم لا؟ج: الرضاعة حق للرضيع، يلزم إيصالها إليه لمصلحته، فهي(الجزء رقم : 21، الصفحة رقم: 60)للصغير كالنفقة للكبير، ومدة الرضاعة التامة سنتان كاملتان؛ لقوله تعالى: وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ الآية، ويجوز النقص منها لقول الله تعالى: فَإِنْ أَرَادَا فِصَالا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا الآية، وقوله تعالى: (فِصَالاً) أي: فطامًا.وهذا النقص مشروط بتراضي الوالدين وتشاورهما، والتي تؤدي إلى معرفة عدم الإضرار بالرضيع بجعل مدة الرضاعة أقل من سنتين؛ لعموم قول النبي صلى الله عليه وسلم: لا ضرر ولا ضرار ، وإذا علم أن الرضاعة حق للرضيع ومصلحته، وأنه لا يجوز فطامه قبل السنتين إذا أضر به فإنه يجوز للأم أن تستمر على إرضاع ولدها بعد السنتين إذا كان لمصلحته دفع الضرر عنه، قال ابن القيم رحمه الله تعالى، في كتابه (تحفة المودود في أحكام المولود): ويجوز أن تستمر الأم في إرضاعه بعد الحولين إلى نصف الحول الثالث أو أكثره. انتهى.(الجزء رقم : 21، الصفحة رقم: 61)وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
http://www.alifta.com/Fatawa/FatawaDetails.aspx?View=Page&PageID=7975&PageNo=1&BookID=3&languagename=